Sunday, July 9, 2017

Ikhlas

Kemarin banget gue abis ngelayat ke rumah temen SD – SMP gue. Dia adalah salah satu teman baik gue semasa duduk di bangku SMP dan SD. Tapi udah lama banget gue gak ketemu dia, mungkin karena kita beda SMA dan gue sudah berdomisili di Bandung karena kuliah disana. Dan kemaren jadi pembicaraan terpanjang gue dan dia setelah sekian tahun gak ngobrol kayak gini. Nyokapnya meninggal karena suatu penyakit yang sudah diidap selama 2 bulan lamanya. Saat-saat masa kritis sekitar 5 hari sebelum ibunya meninggal ada kalimat yang buat gue terenyuh. Temen gue ini cuman doa untuk diikhlaskan dan minta yang terbaik untuk ibunya. Rasa-rasanya akan menjadi sulit kalo temen gue doa “semoga disembuhin ibuku” karena dia tahu saat itu doa yang dibutuhkan adalah mengikhlaskan segalanya dan diberikan jalan yang terbaik.

Gue sadarin kadang kita hidup di dunia lupa kalo kita sebagai manusia cuman dititipin sama Tuhan ini dan itu. Gak ada yang murni punya kita, dan gak ada yang bener-bener milik kita. Tapi kita sebagai umatnya suka lalai dengan pemberian-Nya yang padahal cuman dipinjemin itu. Alhasil kita end up hidup dalam kegalauan, berlarut-larut bersedih akan sesuatu yang kita tahu hal itu tidak pantas untuk disedihkan. Seketika gue jadi inget tabiat aneh gue. Mungkin beberapa temen gue mengerti gue dan mengenal cerita ini. Gue tau banget ketika gue mengenal seseorang gue akan end up berpisah dengan orang itu. Dan ada samapai dititik gue bertanya “Whats the point of meeting someone? If we will meet end up separate.” Sampai gue muak berteman dengan orang, gue punya pikiran pesimis ketemu orang. Kalau hari ini gue akrab sama dia mungkin besok-besok gue gak akan akrab sama dia, bakal acuh tak acuh kayak orang gak kenal, bakal lupa satu sama lain. Terus kenapa juga gue ketemu sama dia? Mungkin ini terkesan ABG banget ahahahaha tapi ini semua bener-bener ada latar belakangnya kenapa gue sampe punya pemikiran kayak gitu.

Puncaknya selama masa kuliah ini malah lebih banyak drama dalam hidup gue (gue beberapa kali berantem sama temen deket gue) hahaha lol. Tapi gue syukurin aja ini tandanya Tuhan sayang sama gue dan mau memberi gue pelajaran. Banyak hal yang kemudian gue pahami bahwa terkadang saat kita dipinjamkan sesuatu oleh Yang Maha Kuasa kita lupa bahwa ada titipan kata “ikhlas” di rezeki yang Dia kasih ke kita. Setiap kita ketemu temen baru dan akrab kita lupa kalo dalam setiap hubungan harus ada kata “ikhlas”. Setiap kali kita ketemu lingkungan yang nyaman kita lupa bahwa ada secercah kata “ikhlas” di lingkungan tersebut. Kita selalu lupa dan lalai dengan apa yang Tuhan pesankan ke kita. Perjalanan belajar ikhlas itu luar biasa banyak bab nya. Gak cuman satu dua masalah dalam hidup yang mengajarkan kita untuk ikhlas tapi berpuluh-puluh bab bahkan beratus-ratus bab dalam lembar cerita kehidupan ini. Dan rasanya Tuhan akan selalu menguji kita agar kita belajar dan tahu ilmu “ikhlas” tersebut.

So, bersyukurlah bagi kita semua yang sedang dirundung masalah, sedang uring-uringan akan sesuatu yang kita anggap besar. Anggaplah ini salah satu ilmu ikhlas yang pengen Tuhan kasih ke kita dengan caranya sendiri. Karena dengan itu kita baru mendapatkan esensi apa itu mengikhlaskan sesuatu.  Karena dengan kesalahan dan cobaanlah kita menjadi semakin berilmu.

No comments:

Post a Comment